Kambang Sariadji
Peneliti dan Analis Kebijakan
Abstrak
Alergi dan jamuran terkadang menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Faktor predisposisi timbulnya jamur pun tidak lepas dari peran pengobatan alergi. Tidak hanya itu saja, faktor predisposisi lain timbulnya jamur berupa pemakaian antibiotika yang kurang bijaksana juga berperan dalam menyebabkan kolonisasi jamur. Pada beberapa orang terkadang kolonisasi jamur dapat menimbulkan alergi yang biasa disebut reaksi id yang timbul dengan gejala-gejala gatal pada kulit. Timbulnya Jamur pada beberapa kasus dapat dikatakan sebagai akibat atau sebab dari suatu penyakit, tergantung dari gejala penyakit dan diagnosis penunjang. Dua hal sebab musabab penyakit ini mudah-mudahan dapat membuka wawasan kita semua, yang pada akhirnya menjadikan kita lebih bijaksana dalam penanganan alergi dan jamuran.
Pendahuluan
Alergi timbul karena pada seseorang terjadi perubahan reaksi terhadap bahan tertentu. Bahan yang dimaksud di sini berupa alergen, yakni bahan penyebab alergi. Alergen dapat berupa bahan-bahan yang ada di sekitar kita, misalnya debu rumah, serbuk sari, spora jamur, obat, makanan, dan serangga. Pada golongan orang tertentu, bahan-bahan tersebut dapat merangsang sistem imun spesifik dan menimbulkan alergi. Organ sasaran yang paling sering terkena alergi yakni saluran napas, gastrointestinal, dan kulit.
Walaupun alergi jarang menimbulkan kematian, namun dapat menggangu aktivitas harian sesorang dan menurunkan kualitas hidupnya. Tidak hanya itu saja, terapi obat alergi dari golongan steroid dalam jangka waktu lama dan pemakaian antibiotika yang kurang bijaksana terkadang menimbulkan faktor predisposisi timbulnya jamuran/kolonisasi jamur, sehingga menambah permasalahan baru yang tak kunjung selesai. Tumbuhnya jamur pada organ tubuh manusia dapat berupa kolonisasi yang terjadi di tempat-tempat tertentu, seperti organ mulut dan saluran pencernaan. Adanya jamur Candida albicans dalam saluran pencernaan menunjukkan kolonisasi jamur Candida albicans, yang apabila dalam jumlah banyak akan menimbulkan gangguan pencernaan yang ditandai dengan gangguan diare, kembung, dan sembelit. Tidak hanya itu saja, timbulnya jamur pada sebagian orang juga dapat menimbulkan alergi. Umumnya jamur penyebab alergi tersebut berasal dari golongan jamur Candida albicans dan organ yang terkena alergi jamur Candida albicans biasanya kulit yang biasa disebut reaksi Id. Timbul pertanyaan pada kasus alergi kulit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, “apakah alergi kulit yang menyebabkan jamuran atau jamuran yang menyebabkan alergi kulit?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlulah dilakukan telaah diagnosis penyakit yang handal bagi para klinisi serta pemeriksan penunjang laboratorium sehingga pengobatan yang diberikan menjadi tepat.
Timbulnya jamur Candida albicans hanyalah sebagian dari permasalahan alergi. Penderita alergi yang jamuran tidak membaik hanya dengan membasmi Candida albicans saja, tetapi juga menghindari alergi makanan, membersihkan lingkungan, dan memperbaiki keseimbangan gizinya. Sebaliknya, penderita jamuran penyebab alergi mungkin juga tidak akan sembuh jika Candida albicans-nya tidak dibasmi. Dalam hal ini, jamur Candida albicans dapat menjadi suatu akibat dan dapat pula menjadi penyebab dari suatu alergi.
Alergi
Alergi merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa. Alergi dapat disebabkan karena paparan alergen yang berulang sehingga merangsang sistem imun spesifik dan menimbulkan gejala alergi di tempat organ tertentu yang terkena. Tubuh seseorang penderita alergi akan membentuk zat anti terhadap alergen yang masuk ke tubuh. Zat anti ini berupa IgE yang tidak mempunyai fungsi melindungi, tapi justru menimbulkan penyakit pada orang yang membentuknya. proses timbulnya alergi ini juga melibatkan sel tertentu seperti sel basofil, sel mast, dan sel eosinofil.
Alergen penyebab alergi ini dapat berupa zat yang ada di sekitar lingkungan kita, berupa debu, serbuk bunga, tepung, spora jamur, makanan (telur, ikan, udang), obat-obatan, dan gigitan serangga. Pada sebagian orang, zat-zat tersebut tidak menimbulkan reaksi apa-apa, namun beberapa yang lain akan menimbulkan gejala dan reaksi yang dapat menyerang organ tertentu, seperti saluran napas (misalnya asma, rinitis), organ gastrointestinal (misalnya kembung, diare), dan organ kulit (misalnya urtikaria). Seseorang yang pada awalnya tidak memberikan reaksi alergi terhadap zat-zat alergan di atas, bisa saja setelah beberapa tahun kemudian timbul alergi terhadap bahan-bahan tersebut. Faktor keturunan juga berpotensi menimbulkan alergi. Seorang anak juga cenderung memiliki alergi bila orang tuanya terdapat alergi. Alergi mungkin tidak diturunkan pada generasi pertama, tetapi baru ditemukan pada generasi kedua.
Alergi terkadang membaik dengan atau tanpa pengobatan. Adapun pengobatan yang ada sekarang masih bersifat mengurangi dan menghilangkan gejala. Terapi obat yang diberikan selain membawa efek khasiat, tapi juga menimbulkan efek yang kurang menyenangkan, mulai dari rasa kantuk, mual, gemetaran, sampai dengan menurunkan sistem imunitas. Umumnya obat-obatan golongan steroid yang efeknya mengurangi sistem imunitas. Menurunnya imunitas tubuh yang disebabkan pemakaian obat alergi dari golongan steroid menimbulkan dampak kurangnya pertahanan tubuh seseorang, di mana hal tersebut menjadi faktor timbulnya organisme lain yang tadinya merupakan flora normal dalam tubuh manusia menjadi masalah serius, salah satunya berupa jamuran yang dapat berkolonisasi pada saluran pencernaan dan rongga mulut
Jamur Candida albicans
Candida albicans adalah sejenis organisme menyerupai ragi dan dapat memfermentasi gula menjadi alkohol. Dapat dibayangkan seseorang yang tidak minum alkohol menjadi mabuk karena kolonisasi jamur Candida albicans yang memfermentasi gula dalam saluran pencernaan menjadi alkohol. Candida albicans dalam jumlah kecil merupakan flora normal yang ada dalam saluran pencernaan. Pada keadaan tertentu yang memungkinkan timbulnya predisposisi timbulnya Candida albicans, maka Candida albicans akan menjadi masalah yang serius. Beberapa obat-obatan yang dalam pemakaiannya kurang bijaksana dapat menjadi faktor pencetus timbulnya kolonisasi jamur, di antaranya kortikosteroid, pil KB dan hormon estrogen lainnya, dan antibiotika spektrum luas. Tidak hanya itu saja, penyakit yang sifatnya menurunkan imunitas, seperti AIDS juga dapat menimbulkan kolonisasi jamur Candida albicans. Kolonisasi Jamur Candida albicans pada saluran pencernaan seseorang dapat menyebabkan seseorang tidak tahan terhadap makanan tertentu. Biasanya dapat menimbulkan diare, kembung, dan sembelit.
Pada beberapa orang, kolonisasi jamur ini dapat menyebabkan reaksi alergi (reaksi id) akibat adanya metabolit Candida albicans. Gejala klinisnya yaitu berupa vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela-sela jari tangan atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid. Reaksi id juga merupakan suatu reaksi eksematosa yang timbul sebagai reaksi alergi terhadap infeksi Candida albicans di tempat lain. Pada penderita seperti reaksi Id ini apabila tidak ditangani secara cermat maka akan menjadi suatu siklus yang tidak ada hentinya karena penyebab alergi kulit ini berupa jamur Candida albicans. Sementara apabila yang ditekankan dalam pengobatan penderita reaksi id sebatas alergi saja dengan terapi steroid maka akan menyuburkan kolonisasi jamur Candida albicans tersebut. Untuk itu, perlulah diagnosis yang cermat dan tepat sehingga sumber dari penyakit ini dapat disingkirkan.
Mekanisme Alergi Menjadi Jamur
Pengobatan alergi terkadang menggunakan obat-obatan dari golongan steroid yang sifatnya menekan imunitas. Pengobatan pada penderita alergi ini dilakukan untuk menghambat jumlah leukosit dari jenis basofil dan sel mastosit sehingga IgE yang terbentuk dari paparan alergen sebelumnya tidak melakukan ikatan dengan basofil dan mastosit. Hal ini karena ikatan IgE dengan sel mastosit atau sel basofil inilah yang menyebabkan awal reaksi alergi. Pemberian steroid dimaksudkan untuk mengurangi reaksi alergi yang berlangsung. Akan tetapi, pemberian obat jenis steroid dalam jangka panjang akan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh, yang berarti tidak hanya mikroorganisme dari jamur saja yang akan menginfeksi dan berkolonisasi, tetapi bakteri-bakteri lainnya akan mudah menginfeksi tubuh. Memang, terapi dengan steroid tidak hanya untuk penderita alergi saja, tetapi juga diberikan pada penderita keganasan sel atau peradangan berat. Tidak hanya itu saja, pemberian antibiotika yang kurang bijaksana pada penderita alergi juga akan menambah ketidakseimbangan flora normal yang ada pada saluran pencernaan sehingga kolonisasi jamur semakin menjamur.
Diagnosis Penunjang Laboratorium
Diagnosis Alergi
Diagnosis penunjang alergi secara laboratorium dapat dilakukan melalui berbagai pemeriksaan, antara lain (Matondang. 1996: 159):
- Penghitungan jumlah eosinofil total untuk menunjang diagnosis serta evaluasi pengobatan penyakit alergi.
- Pemeriksaan kadar IgE total untuk mengetahui adanya reaksi imunologis dari alergen.
- Pemeriksaan IgE spesifik. Pemeriksaan ini lebih berarti dan dilakukan terutama bila tes kulit tidak dapat dikerjakan atau jika hasilnya kurang dapat dipercaya. Uji ini merupakan uji kualitatif.
Diagnosis Candida albicans
Diagnosis adanya alergi dapat dilakukan dengan cara:
- Pemeriksaan Langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. - Pemeriksaan Biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrose glukosa saboroud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau suhu 37oC, koloni tumbuh setelah 24–48 jam.
Kesimpulan
- Terapi steroid dalam jangka panjang terhadap penderita alergi dapat menjadi pencetus timbulnya kolonisasi jamur Candida albicans. Penyebabnya adalah sifat steroid yang menekan sistem imunitas tubuh.
- Pemberian antibiotika spektrum luas yang kurang bijaksana dapat menyebabkan peluang kompetisi jamur menjadi besar untuk berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
- Pada keaadan tertentu dan pada beberapa orang, jamur Candida albicans dapat menjadi penyebab alergi kulit (reaksi Id) yang disebabkan metabolit dari jamur Candida albicans yang dihasilkan.
- Penderita alergi yang jamuran tidak membaik hanya dengan membasmi Candida albicans-nya saja, tetapi juga menghindari penyebab alergi. Sebaliknya, penderita jamuran penyebab alergi mungkin juga tidak akan sembuh jika Candida albicans-nya tidak dibasmi. Dalam hal ini, jamur Candida albicans dapat menjadi suatu akibat dan dapat pula menjadi penyebab dari suatu alergi.
- Kemampuan diagnosis yang handal serta bijaksana dalam pemakaian obat, khususnya dari golongan steroid dan antibiotika akan meningkatkan kesembuhan penderita alergi.
Daftar Pustaka
- Karnen Garna B. Imunologi Dasar. Penerbit FKUI. Jakarta:
- Karnen Garna. B. Mengenal Alergi. Penerbit Djambatan. Jakarta:
- Keith Mumby. Buku Saku Alergi. Penerbit Arcan. Jakarta: 1995.
- Zakiudin Munasir. “Pemeriksaan Laboratorium” dalam: Arwin A.P. Akib, Corry S Matondang, Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. Penerbit BP IDAI. Jakarta: 1996.
- Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. Medical Microbiology. Prentice Hall International Inc: Twenty-first edition. USA: 1998.